LAPORAN PRAKTIKUM III
MORFOLOGI TUMBUHAN
(ABKC 2203)
TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN, DAN DIAGRAM DAUN
Disusun Oleh :
Herry
Setiawan
(A1C213029)
Kelompok
I A
Dosen Pengasuh :
Dra.
Hj. Sri Amintarti, M.Si
Asisten :
Rusmalina
Wardah
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET 2014
PRAKTIKUM III
Topik : Tata letak daun, rumus daun, dan diagram daun
Tujuan : Mengenal
berbagai tata letak daun pada batang, menetukan rumus daun serta menggambar
bagan dan diagram daun.
Hari/Tanggal :
Kamis/13 Maret 2014
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat
1.
Baki
2.
Alat Tulis
3.
Kamera digital
B.
Bahan
1.
Ranting Kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.
Ranting Alamanda
(Allamanda cathartica L.)
3.
Tumbuhan Pandan
(Pandanus sp)
4.
Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
II. CARA KERJA
1. Mengamati duduk daun pada ranting, cabang, atau batang
(tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan,
berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, trispirotik).
2. Menghitung rumus daun: ½, 2/5, 3/5, dst.
3. Menggambar bagan dan diagram daun serta membuat foto
pengamatan.
4. Membuat laporannya.
III.
TEORI
DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya
terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada
suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun
pada batang terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral
tadi mengelilingi batang a kali, dan
jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat
menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600,
yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri
dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan
bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.
Bagan
Tata Letak Daun
Untuk membuat bagan tata letak
daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.
Diagram
Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak
daun, batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan
buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku
tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut
akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.
Spirostik
dan Parastik
Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik
yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya
karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan
sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar
batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan
tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi
garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan
yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke
kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan
menghubungkan daun-daun yang menurut ke
arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap
daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari
sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut
parastik.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
A.
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Nama
Spesies
|
Tata
Letak daun
|
Rumus
daun
|
1.
|
Hibiscus
rosa-sinensis
|
Tunggal tersebar
|
2/5
|
2.
|
Allamanda
cathartica L.
|
Berkarang
|
-
|
3.
|
Pandanus sp
|
Spirostik
|
-
|
4.
|
Amaranthus
spinosus L.
|
Tunggal tersebar
|
2/5
|
5.
|
Carica
papaya L.
|
Tunggal tersebar
|
3/8
|
B.
Gambar, bagan, dan diagram daun hasil pengamatan
1. Ranting kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis)
Gambar
Foto pengamatan
Foto literatur
Sumber: Anonim a. 2014
a. Rumus daun kembang sepatu adalah 2/5 × 3600 = 1440.
b. Diagram
tanaman kembang sepatu
:
1. Duduk daun pada batang atau cabang
adalah tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 2/5.Sudut
divergensi 2/5 × 3600 = 1440.
3. Termasuk
daun tidak lengkap.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
c. Bagan
tata letak daun kembang sepatu dengan rumus 2/5 360 osudut divergensi 144o.
d. Diagram
daun kembang sepatu dengan rumus 2/5
2. Ranting
Alamanda (Allamanda cathatica L.)
a. Termasuk daun tidak lengkap.
b. Jumlah daun pada tiap buku 5.
c. Jumlah daun keseluruhan 15.
d. Tata letaknya berkarang tidak memiliki rumus daun.
b. Jumlah daun pada tiap buku 5.
c. Jumlah daun keseluruhan 15.
d. Tata letaknya berkarang tidak memiliki rumus daun.
Gambar
Foto pengamatan
Foto literatur
Sumber: Anonim b. 2014
3. Tumbuhan
Pandan (Pandanus sp)
a. Pertumbuhan batang
memutar
b. Memperlitahkan 3 spirostik
b. Memperlitahkan 3 spirostik
Gambar
Foto pengamatan
Foto literatur
Sumber: Anonim c. 2014
4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Gambar
Foto pengamatan
Foto literatur
Sumber: Anonim d. 2014
a. Rumus daun bayam adalah
2/5 × 3600 = 1440.
b. Diagram
tanaman bayam:
1. Duduk daun pada batang atau cabang
adalah tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 2/5 dengan sudut divergensi 2/5 × 3600 =
1440.
3. Termasuk
daun tidak lengkap.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
c. Bagan tata letak daun bayam
dengan rumus 2/5 360 osudut
divergensi 144o.
d. Diagram
daun bayam dengan rumus 2/5
5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Gambar
Foto pengamatan
Foto literatur
Sumber: Anonim e. 2014
a. Rumus daun pepaya adalah
3/8
× 3600 = 1350.
b. Diagram
tanaman pepaya:
1. Duduk daun pada batang tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 3/8 dengan sudut divergensi 3/8 × 3600 = 1350.
c. Bagan
tata letak daun pepaya dengan rumus 3/8 360 osudut
divergensi 135o.
d. Diagram daun
pepaya dengan rumus 3/8
V. ANALISIS DATA
1.
Ranting kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Malvales
Family :
Malvaceae
Genus :
Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis
L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Berdasarkan pengamatan daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) adalah
termasuk daun tidak lengkap karena mempunyai tangkai daun, helaian daun dan
tidak mempunyai pelepah daun. Tanaman
kembang sepatu mempunyai tata letak daun yang tersebar, setiap buku-buku batang
hanya terdapat satu daun. Tanaman ini mempunyai rumus daun 2/5, yaitu pada
perhitungan jumlah putaran untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan menghasilkan 2 putaran, dan jumlah daun yang dilewati ada 5 daun.
Di habitat
alam, tanaman sepatu tumbuh sebagai tanaman perdu tahanan (perennial). Susunan
tubuh terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman sepatu
ini memumpunyai akar tunggang coklat muda. Batangnya bulat, berkayu, keras
,berdiameter kurang lebih 9 cm.
Daunya tunggal, tepi beringgit, ujungnya runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm dan lebarnya 5-11 cm berwarna hijau muda dan hijau.
Bunganya berbentuk terompet, diketiak daun bewarna hijau kekuning-kuningan,
mahkota terdiri dari 15-20 daun mahkota, berwarna merah muda. Buahnya kecil
lonjong berdiameter kurang lebih 4 meter masih muda berwarna putih setelah tua
berwarna coklat. Bijinya pipih dan putih(Sebastian,2008). Daun, bunga dan akar
kembang sepatu (Hibicus rosasinensis)
mengandung flavoinida, disamping itu daunnya mengandung sponin dan polifenal.
Daun ini berkhasiat sebagai obat demam pada anak, obat batuk dan obat sariawan
(Muzayyinah, 2008).
Daun kembang sepatu
merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang kembang sepatu
terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun sepatu adalah
tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun kembang sepatu diambillah satu daun sebagai titik
tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku
batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga
sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun
pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik
tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan
menghitung daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang kembang
sepatu hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan
kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun divergensinya.
Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut
antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:
2.
Ranting alamanda
(Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Species :
Allamanda cathartica L.
Sumber:
Anonim. 2014. Deskripsi Allamandacathartica.http://luqmanmaniabgt.blogspot.com
(online). Diakses 14 Maret 2014.
Dari pengamatan pada ranting alamanda (Allamanda cathartica L.), diketahui
bahwa pada tiap-tiap buku batang terdapat lebih dari dua daun, hal ini disebut
tata letak daun berkarang. Tata letak daun yang berkarang tidak dapat
ditentukan rumus daunn.
Daun alamanda (Allamanda cathartica L) adalah termasuk daun berkarang (folio
verticillata),
struktur batang
merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat, bercabang dan beranting
banyak. Sehingga bila tanaman. Ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai
ketinggian 15 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat
duri-duri (spina) yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh
rimbun serta tunggal. Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat
(bundar) dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata)
antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan. Hal ini yang menarik dari
tanaman alamanda adalah karakteristik bunganya yaitu bunga asli dan palsu
(bractea) (Rukmana, 1995).
Menurut Gembong
Tjitrosoepomo dalam bukunya Morfologi Tumbuhan (1985:11), tata letak daun yang
demikian ini dinamakan: berkarang (folia
verticillata), dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.). oleander (Nerium oleander L.).
3.
Tumbuhan pandan
(Pandanus sp)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Pandanales
Family :
Pandanaceae
Genus :
Pandanus
Species : Pandanus sp
(Sumber
: Cronquist.1981)
Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) mempunyai
tata letak daun yang mengikuti garis-garis ortostik yang mengalami perubahan
menjadi garis spiral yang melingkari batang. Hal itu juga dapat terjadi
karena pertumbuhan batang tidak lurus
tetapi memutar. Oleh sebab itu, ortostiknya ikut memutar yang disebut
spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau
trispirostik. oleh sebab itu tanaman pandan
juga tidak dapat ditentukan rumus daunnya. Morfologi
daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan
bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau
tua, daun bentuk pita berpelepah.
Menurut Gembong
Tjitrosoepomo dalm bukunya yang berjudul morfologi tumbuhan, tumbuhan yang
memiliki spirostik misalnya pancing (Costus
speciosus Smith) mempunyai satu spirostik, Bupleurum falcatum mempunyai dua spirostik, pandan (pandanus sp) mempunyai 3 spirostik.
4.
Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Caryophyllales
Family :
Amaranthaceae
Genus :
Amaranthus
Species : Amaranthus spinosus L.
(Sumber:
Cronquist.1981)
Daun bayam merupakan daun
tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu
daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus
daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis
yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan
mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang
letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai
sebagai titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang
sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang
sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang bayam hingga mencapai daun
yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang sebanyak
dua kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah lima buah daun, maka
perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun
(divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu
jarak sudut antara dua daun berturut-turut. Sudut divergensi: .
5.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Violales
Family :
Caricaceae
Genus :
Carica
Species :
Carica papaya L.
(Sumber:
Cronquist:1981)
Daun pepaya merupakan daun
tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu
daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus
daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis
yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan
mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang
letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai
titik tolak. Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar
itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga
telah tiga kali mengelilingi batang pepaya hingga mencapai daun yang sejajar
tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka perbandingan
kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, itulah rumus daun (divergensi)nya.
Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut
antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:
VI.
KESIMPULAN
1. Tata letak daun pada tumbuhan tingkat
tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan
berkarang.
2. Rumus
daun (a/b) ditentukan dengan cara menghitung jumlah putaran pada batang hingga mencapai daun yang tegak lurus dengan
daun permulaan, didapat nilai a. Dan jumlah daun yang dilewatinya (nilai b).
3. Bagan
tata letak daun digambar berdasarkan rumus daun, berbentuk silinder dan daunnya
membujur ortostik-ortostiknya, begitu pula buku-buku batangnya.
4. Diagram
daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang sebagai kerucut
memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna dan dibuat
berdasarkan rumus daun.
5. Ranting
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), tumbuhan bayam (Amaranthus
spinosus L.), dan tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun yang tersebar. Rumus daun untuk ranting kembang sepatu dan
tumbuhan bayam adalah 2/5, sedangkan rumus daun untuk
tanaman pepaya adalah 3/8.
6. Ranting
alamanda (Allamanda cathartica L.)
memiliki tata letak daun berkarang, dan
tumbuhan pandan (Pandanus sp)
memiliki tata letak daun spirostik. Sehingga
keduanya tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
VII.
DAFTAR
PUSTAKA
Amintarti, Sri. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin: PMIPA FKIP
UNLAM.
Anonim a. 2014. Forum.
http://community.breastcancer.org(online).
Diakses 14
Maret 2014.
Anonim c. 2014. Pandanus.
http://www.peakoil.org.au (online).
Diakses 14
Maret 2014.
Anonim d. 2014. Plant.
http://www.hear.org (online). Diakses
14 Maret 2014.
Cronquist,
A. 1981. An Integrated System of
Flowering Plants. Columbia
University: New York.
Muzayyinah. 2008. Terminologi Tumbuhan. Surakarta: UNS Press
Sebastian. 2008. Kembang
Sepatu. Jakarta: Word Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar