Jumat, 11 April 2014

Kerang helm (Cassis cornuta)

Biologi Siput Cassis cornuta

1.   PENDAHULUAN
            Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau terletak di daerah tropis dan di antara dua samudera, kaya akan berbagai jenis siput dan kerang. Siput dan kerang telah lama dikenal oleh masyarakat untuk digunakan bebagai keperluan, misalnya untuk perhiasan, alat tukar pengganti uang, bahan makanan dan campuran bahan bangunan (Dharma, 1988).
            Siput atau keong termasuk dalam filum Moluska yakni merupakan filum avertebrata terbesar kedua setelah Arthropoda; mereka tersebar di berbagai jenis habitat baik di darat, perairan tawar maupun ekosistem laut (Rupert dan Barnes, 1991). Moluska menyumbangkan cukup banyak kapur pada ekosistem terumbu karang dan keanekaragamannya memainkan peranan penting dalam jaringan makanan (Romimohtarto dan Juana, 2001).
            Moluska sangat beragam dalam bentuk, ada yang berbentuk cacing, misalnya aplacopohra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita (cephalopoda). Jumlah jenis yang tercatat paling sedikit 60.000 jenis dari seluruh dunia (Anonimouse 2010).
            Cangkang moluska memiliki bentuk yang unik dan corak warnanya menarik untuk dilihat sehingga mempunyai nilai yang khusus untuk dipelajari lebih lanjut.
            Cassidae adalah sebuah kelompok kecil dari moluska laut, tetapi merupakan salah satu spesies moluska terbesar dalam hal ukuran cangkang. Salah satu spesies adalah Cassis cornuta. Ukurannya bisa mencapai 16 cm (Anonimous 2011). Spesies ini umumnya dikenal sebagai Kerang Helm atau Kerang topi yang habitatnya terdapat di laut tropis dan subtropis, yang hidup di daerah pasang surut air laut hingga kedalaman subtidal dengan kedalaman 500 meter. Banyak dari spesies ini yang dimanfaatkan oleh industri perikanan seperti sebagai sumber makanan dan juga cangkangnya digunakan sebagai bahan hasil kerajinan tangan.

Gambar 1 : Cassis Cornuta
Sumber : Anonimousb 2010


2.   KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

2.1      Klasifikasi


Klasifikasi siput Casis cornuta menurut Linnaeus, 1758 adalah sebagai berikut :
Kingdom              : Animalia
      Phylum              : Mollusca
            Class               : Gastropoda
                  Order               : Caenogastropoda
                        Suborder        : Neotaenioglossa
                              Superfamily     : Tonnoidea
                                    Family           : Cassidae
                                          Genus         : Cassis
                                               Spesies     : Cassis cornuta  (Linnaeus, 1758)
2.2      Morfologi
Ukuran kerang Cassis cornuta ada yang besar dan ada yang sedang dengan puncak agak pendek dan whorl yang besar. Lingkar tubuh terlihat dengan jelas dan sering terdapat tonjolan-tonjolan berukuran kecil pada setiap sisi cangkang. Terdapat semacam gigi yang kasar pada sisi bagian dalam lipatan bibir cangkang dan beberapa columela yang tidak beraturan. Ciri khas dari siput ini adalah bibir luar menebal dan bengkok pada permukaan dorsal yang membentuk rim helm dan cenderung pendek yang berbentuk seperti kanal siphonal yang menghadap ke permukaan dorsal (Anonimousc 2010.).


Gambar 2 : Morfologi Gastropoda Cassis cornuta
Sumber : Anonimoush 2010


3.   HABITAT DAN PENYEBARAN
            Spesies siput Cassis cornuta umumnya terdapat atau terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
            Siput Cassis cornuta umumnya ditemukan di daerah tropis dan hanya sedikit yang ditemukan pada daerah subtropis. Jenis siput ini kebanyakan hidup pada daerah pesisir pantai berpasir. Hampir 80 % siput ini hidup pada daerah tropis atau kebanyakan hidup di daerah sekitar Indo-Pasifik (Anonimousa 2010).
            Gambar di bawah ini merupakan daerah sebaran siput Cassis cornuta. Dapat dilihat, bagian yang berwarna merah merupakan daerah penyebarannya.


Gambar 3: Distribusi Cassis cornuta
Sumber : Anonimousa 2010


4.   MAKANAN
            Siput Cassis cornuta mengkonsumsi bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang harinya bersembunyi dalam pasir. Siput Cassis cornuta akan memakan mangsanya dengan cara merangkak secara perlahan-lahan dengan mengangkat cangkangnya dengan tinggi dan menangkap mangsanya kedalam mulut yang di dalam mulutnya terdapat enzim semacam asam sulfat untuk melumpuhkan mangsanya sehingga setelah mangsanya lumpuh, mangsanya itu dapat ditelan hidup-hidup. Proses ini membutuhkan waktu 10 menit sejak mengeluarkan enzim tersebut sebelum memakan mangsanya hidup-hidup. Pada gambar di bawah ini adalah merupakan proses siput Cassis cornuta mulai memakan mangsanya.


Gambar 4 : Proses Makan Cassis cornuta
Sumber : Anonimouse 2010

5.   REPRODUKSI

            Sama seperti gastropoda lainya, siput Cassis cornuta berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak mempu melakukan autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis, yaitu suatu badan penghasil ovum dan sperma. Sperma yang dihasilkan akan diteruskan ke saluran sperma dan ditampung dalam kantung sperma lalu dikeluarkan melalui alat kawin. Sedangkan sel telur yang dihasilkan akan diteruskan ke saluran telur, reseptakel seminal, dan akhirnya keluar melalui lubang kelamin.
            Walaupun Cassis cornuta merupakan organisme hemaprodit, agar terjadi reproduksi tetap diperlukan dua individu. Reproduksi dimulai ketika dua spesies saling mendekat dan saling memasukan kelamin masing-masing ke lubang kelamin pasangannya untuk memindahkan sperma. Setelah itu keduanya berpisah dan masing-masing spesies meletakkan telur yang telah dibuahi dan dilindungi oleh zat gelatin pada tempat yang gelap.
            Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di atas bebatuan atau sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan menetas. Ketika masih berbentuk larva, tubuh akan berbentuk simetri bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami pembengkokan sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).
            Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi.
            Ovotestis menghasilkan sperma yang disalurkan ke vasa deferensia dan akhirnya masuk ke vagina hewan lain dengan perantaraan penis yang dapat dikeluarkan dari lubang genital. Ovotestis juga menghasilkan sel telur. Sel telur ini dibawa lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin, kemudian ke uterus lalu ke oviduk; di oviduk sel telur dibuahi sperma hewan lain (Anonimousg 2010).


6.   PENUTUP
            Family Cassidae khususnya siput Cassis cornuta merupakan salah satu kelompok kecil dari filum Moluska yang hidup di perairan asin atau hidup di laut, tetapi merupakan salah satu spesies terbesar dalam hal ukuran cangkang dalam filum moluska.
            Cassis cornuta, merupakan salah satu kelompok terbesar dalam family cassidae. Ukurannya bisa mencapai 16 cm. Habitat dari spesies ini biasanya terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
            Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi
            Banyak dari spesies ini digunakan oleh manusia untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan terutama cangkangnya, industri perikanan, dan sebagai bahan makanan.


DAFTAR ISTILAH


Anal canal : Sama dengan Siphonal canal.
Anterior : Bagian depan dari cangkang dilihat dari binatang moluska tersebut bergerak.
Aperture : Bukaan pada bagian anterior yang terdapat pada siput bercangkang    tunggal.
Axial : Arah sejajar dengan sumbu pada siput bercangkang tunggal.
Body whorl : Bagian putaran terakhir (whorl) dari cangkang, hanya terdapat pada  siput bercangkang tunggal.
Canal : Perpanjangan yang sempit dari aperture yang berfungsi sebagai tempat    untuk menunjukan siphon.
Columella : Tiang yang letaknya pada sumbu cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Diesis : Reproduksi jantan dan betina terpisah pada masing – masing individu.
Monoesis : Reproduks jantan dan betina terdapat pada satu individu.
Opercullum : Penutup cangkang yang ditemukan menempel pada kaki siput Gastropoda. Gunanya untuk menutupi bagian aperturenya.
Posterior : Bagian belakang dari cangkang dilihat dari binatang moluska itu bergerak.
Siphonal canal : Talang yang memanjang pada bagian bawah aperture, kadang- kadang merupakan terusan dari columella. Disebut juga anterior canal.
1.   PENDAHULUAN
            Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau terletak di daerah tropis dan di antara dua samudera, kaya akan berbagai jenis siput dan kerang. Siput dan kerang telah lama dikenal oleh masyarakat untuk digunakan bebagai keperluan, misalnya untuk perhiasan, alat tukar pengganti uang, bahan makanan dan campuran bahan bangunan (Dharma, 1988).
            Siput atau keong termasuk dalam filum Moluska yakni merupakan filum avertebrata terbesar kedua setelah Arthropoda; mereka tersebar di berbagai jenis habitat baik di darat, perairan tawar maupun ekosistem laut (Rupert dan Barnes, 1991). Moluska menyumbangkan cukup banyak kapur pada ekosistem terumbu karang dan keanekaragamannya memainkan peranan penting dalam jaringan makanan (Romimohtarto dan Juana, 2001).
            Moluska sangat beragam dalam bentuk, ada yang berbentuk cacing, misalnya aplacopohra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita (cephalopoda). Jumlah jenis yang tercatat paling sedikit 60.000 jenis dari seluruh dunia (Anonimouse 2010).
            Cangkang moluska memiliki bentuk yang unik dan corak warnanya menarik untuk dilihat sehingga mempunyai nilai yang khusus untuk dipelajari lebih lanjut.
            Cassidae adalah sebuah kelompok kecil dari moluska laut, tetapi merupakan salah satu spesies moluska terbesar dalam hal ukuran cangkang. Salah satu spesies adalah Cassis cornuta. Ukurannya bisa mencapai 16 cm (Anonimous 2011). Spesies ini umumnya dikenal sebagai Kerang Helm atau Kerang topi yang habitatnya terdapat di laut tropis dan subtropis, yang hidup di daerah pasang surut air laut hingga kedalaman subtidal dengan kedalaman 500 meter. Banyak dari spesies ini yang dimanfaatkan oleh industri perikanan seperti sebagai sumber makanan dan juga cangkangnya digunakan sebagai bahan hasil kerajinan tangan.

Gambar 1 : Cassis Cornuta
Sumber : Anonimousb 2010


2.   KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

2.1      Klasifikasi


Klasifikasi siput Casis cornuta menurut Linnaeus, 1758 adalah sebagai berikut :
Kingdom              : Animalia
      Phylum              : Mollusca
            Class               : Gastropoda
                  Order               : Caenogastropoda
                        Suborder        : Neotaenioglossa
                              Superfamily     : Tonnoidea
                                    Family           : Cassidae
                                          Genus         : Cassis
                                               Spesies     : Cassis cornuta  (Linnaeus, 1758)
2.2      Morfologi
Ukuran kerang Cassis cornuta ada yang besar dan ada yang sedang dengan puncak agak pendek dan whorl yang besar. Lingkar tubuh terlihat dengan jelas dan sering terdapat tonjolan-tonjolan berukuran kecil pada setiap sisi cangkang. Terdapat semacam gigi yang kasar pada sisi bagian dalam lipatan bibir cangkang dan beberapa columela yang tidak beraturan. Ciri khas dari siput ini adalah bibir luar menebal dan bengkok pada permukaan dorsal yang membentuk rim helm dan cenderung pendek yang berbentuk seperti kanal siphonal yang menghadap ke permukaan dorsal (Anonimousc 2010.).


Gambar 2 : Morfologi Gastropoda Cassis cornuta
Sumber : Anonimoush 2010


3.   HABITAT DAN PENYEBARAN
            Spesies siput Cassis cornuta umumnya terdapat atau terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
            Siput Cassis cornuta umumnya ditemukan di daerah tropis dan hanya sedikit yang ditemukan pada daerah subtropis. Jenis siput ini kebanyakan hidup pada daerah pesisir pantai berpasir. Hampir 80 % siput ini hidup pada daerah tropis atau kebanyakan hidup di daerah sekitar Indo-Pasifik (Anonimousa 2010).
            Gambar di bawah ini merupakan daerah sebaran siput Cassis cornuta. Dapat dilihat, bagian yang berwarna merah merupakan daerah penyebarannya.


Gambar 3: Distribusi Cassis cornuta
Sumber : Anonimousa 2010


4.   MAKANAN
            Siput Cassis cornuta mengkonsumsi bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang harinya bersembunyi dalam pasir. Siput Cassis cornuta akan memakan mangsanya dengan cara merangkak secara perlahan-lahan dengan mengangkat cangkangnya dengan tinggi dan menangkap mangsanya kedalam mulut yang di dalam mulutnya terdapat enzim semacam asam sulfat untuk melumpuhkan mangsanya sehingga setelah mangsanya lumpuh, mangsanya itu dapat ditelan hidup-hidup. Proses ini membutuhkan waktu 10 menit sejak mengeluarkan enzim tersebut sebelum memakan mangsanya hidup-hidup. Pada gambar di bawah ini adalah merupakan proses siput Cassis cornuta mulai memakan mangsanya.


Gambar 4 : Proses Makan Cassis cornuta
Sumber : Anonimouse 2010

5.   REPRODUKSI

            Sama seperti gastropoda lainya, siput Cassis cornuta berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak mempu melakukan autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis, yaitu suatu badan penghasil ovum dan sperma. Sperma yang dihasilkan akan diteruskan ke saluran sperma dan ditampung dalam kantung sperma lalu dikeluarkan melalui alat kawin. Sedangkan sel telur yang dihasilkan akan diteruskan ke saluran telur, reseptakel seminal, dan akhirnya keluar melalui lubang kelamin.
            Walaupun Cassis cornuta merupakan organisme hemaprodit, agar terjadi reproduksi tetap diperlukan dua individu. Reproduksi dimulai ketika dua spesies saling mendekat dan saling memasukan kelamin masing-masing ke lubang kelamin pasangannya untuk memindahkan sperma. Setelah itu keduanya berpisah dan masing-masing spesies meletakkan telur yang telah dibuahi dan dilindungi oleh zat gelatin pada tempat yang gelap.
            Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di atas bebatuan atau sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan menetas. Ketika masih berbentuk larva, tubuh akan berbentuk simetri bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami pembengkokan sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).
            Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi.
            Ovotestis menghasilkan sperma yang disalurkan ke vasa deferensia dan akhirnya masuk ke vagina hewan lain dengan perantaraan penis yang dapat dikeluarkan dari lubang genital. Ovotestis juga menghasilkan sel telur. Sel telur ini dibawa lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin, kemudian ke uterus lalu ke oviduk; di oviduk sel telur dibuahi sperma hewan lain (Anonimousg 2010).


6.   PENUTUP
            Family Cassidae khususnya siput Cassis cornuta merupakan salah satu kelompok kecil dari filum Moluska yang hidup di perairan asin atau hidup di laut, tetapi merupakan salah satu spesies terbesar dalam hal ukuran cangkang dalam filum moluska.
            Cassis cornuta, merupakan salah satu kelompok terbesar dalam family cassidae. Ukurannya bisa mencapai 16 cm. Habitat dari spesies ini biasanya terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
            Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan harus didahului dengan kopulasi
            Banyak dari spesies ini digunakan oleh manusia untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan terutama cangkangnya, industri perikanan, dan sebagai bahan makanan.


DAFTAR ISTILAH


Anal canal : Sama dengan Siphonal canal.
Anterior : Bagian depan dari cangkang dilihat dari binatang moluska tersebut bergerak.
Aperture : Bukaan pada bagian anterior yang terdapat pada siput bercangkang    tunggal.
Axial : Arah sejajar dengan sumbu pada siput bercangkang tunggal.
Body whorl : Bagian putaran terakhir (whorl) dari cangkang, hanya terdapat pada  siput bercangkang tunggal.
Canal : Perpanjangan yang sempit dari aperture yang berfungsi sebagai tempat    untuk menunjukan siphon.
Columella : Tiang yang letaknya pada sumbu cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Diesis : Reproduksi jantan dan betina terpisah pada masing – masing individu.
Monoesis : Reproduks jantan dan betina terdapat pada satu individu.
Opercullum : Penutup cangkang yang ditemukan menempel pada kaki siput Gastropoda. Gunanya untuk menutupi bagian aperturenya.
Posterior : Bagian belakang dari cangkang dilihat dari binatang moluska itu bergerak.
Siphonal canal : Talang yang memanjang pada bagian bawah aperture, kadang- kadang merupakan terusan dari columella. Disebut juga anterior canal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar