Selasa, 25 Maret 2014

Praktikum Plathyhelmenthes


PRAKTIKUM III

Topik               :  Platyhelminthes
Tujuan             : 1.  Mengetahui ciri morfologi dari phyllum platyhelminthes
     2. Mengamati bagian-bagian tubuh/ciri morfologi planaria sp dan Fasciola hepatica.
Hari / tanggal  :  Kamis / 13 Maret 2014
Tempat            :  Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I.                   ALAT DAN BAHAN
A. Alat            :
1.      Alat tulis
2.      Mikroskop
3.      Kaca benda dan kaca penutup
4.      Cawan petri
5.      Baki
B. Bahan         :
1.      Preparat/awetan Fasciola hepatica
2.      Planaria sp

II.                CARA KERJA
Cara mendapatkan planaria: meletakkan daging sapi segar di aliran sungai yang teduh, jernih dan banyak bebatuannya, mendiamkannya 10 menit lalu mengangkat daging tadi dan mengambil planaria yang menempel pada daging dan menyimpan planaria yang didapatkan dalam toples yang ditutup dengan plastik hitam agar tidak terkena cahaya matahari secara langsung.
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Mengamati preparat/awetan Fasciola hepatica dibawah mikroskop
3.      Mengamati Planaria sp dan yang diletakkan di atas cawan petri.
4.      Menggambar morfologi keduanya dan memberikan keterangan.
5. Membuat laporannya.

III.             TEORI DASAR
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani : platy + helmintes ; platy = pipih, helmintes = cacing. Bila dibandingkan dengan Porifera dan Coelenterata, maka kedudukan Phylum Platyhelminthes adalah lebih tinggi setingkat. Hal itu dapat dilhat dengan ciri-ciri yang dimiliki, sebagai berikut : tubuh bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, mempunyai auricle, arah tubuh sudah jelas, yaitu mempunyai arah anterior – posterior dan arah dorsal – ventral, bersifat triploblastik, sebab dinding tubuhnya sudah tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan lapisan endodermis, sudah mempunyai sistem syaraf  yang bersistem tangga tali, yang terdiri dari sepasang ganglia yang membesar di bagian anterior  dan sepasang atau lebih syaraf yang membentang dari arah anterior ke posterior, tubuhnya sudah dilengkapi dengan gonad yang telah mempunyai saluran tetap dan juga alat kopulasi yang khusus. Tetapi hewan ini masih tetap tergolong hewan tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah ( hermafrodit ).
            Anggota dari Phylum ini yang telah dikenal meliputi 10.000 hingga 15.000 spesies. Dari sekian itu berdasarkan sifat-sifat khusus hewan dewasa, maka Phylum Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : kelas  Turbelaria, kelas Trematoda dan  kelas Cestoda.
1.      Kelas Turbellaria (cacing pipih berambut getar)
            Permukaan tubuhnya bersilia, dan ditutupi oleh epidermis yang bersintium, hampir semua anggota kelas ini hidupnya bebas, hanya beberapa yang hidup secara ektokomensalis atau secara parasit,  tubuhnya dibagi atas segmen-segmen. Sebagian dari padanya dilengkapi dengan bulu-bulu getar, disamping itu juga dilengkapi dengan sel-sel yang dilengkapi dengan zat mukosa (lendir) Riwayat hidup cacing ini sangat sederhana. Contoh : Planaria, Bipalium.
2.      Kelas Trematoda (cacing hisap)
            Mempunyai 2 alat hisap, yaitu alat penghisap oral dan ventral. Hampir semua Trematoda bersifat parasit terhadap hewan vertebrata baik secara ekto maupun secara endoparasit. Tubuhnya tidak dilengkapi oleh epidermis maupun silia (kecuali fase larvanya). Tubuhnya seperti daun, dan dilengkapi dengan alat penghisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula. Contoh : Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum.
3.      Kelas Cestoda (cacing pita)
            Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermafrodit. Tubuhnya  terdiri atas kepala (skolek), leher dan proglotid yang ukurannya makin besar dan makin dewasa ke arah belakang. Makanan diperoleh dengan menyerap zat makanan dari inangnya melalui seluruh tubuh. Contoh : Taenia solium, Taenia saginata.













IV.             HASIL PENGAMATAN
1.      Fasciola hepatica

Keterangan:
1.  Ventrosa oral
2.  Ventrosa ventral
3.  Intestine remificado
4.  Faringe  musculosa
5.  Poro genital


    Bagain belakang             Bagian depan
Foto pengamatan
                                                                                                     Keterangan:
1.  Ventrosa oral
2.  Ventrosa ventral
3.  Intestine remificado
4.  Faringe  musculosa
5.  Poro genital
           


Foto literatur
                                                                                         Keterangan:
1.      Ventrosa oral
2.      Ventrosa ventral
3.      Intestine remificado
4.      Faringe musculosa
5.      Poro genital


   (Sumber :Anonim b. 2014)
Siklus hidup Fasciola hepatica








(Sumber: Anonim b. 2014)

2.      Planaria sp
Keterangan:
1.  Mulut
2.  Anus
3.  Anterior
4.  Posterior
5.  Mata
6.  Tubuh




Foto pengamatan
Keterangan:
1.  Mulut
2.  Otak
3.  Anterior
4.  Posterior
5.  Mata
6.  Tubuh




Foto literatur
Keterangan:
1.  Mulut
2.  Otak
3.  Anterior
4.  Posterior
5.  Mata
6.  Tubuh



(Sumber : Anonim c. 2013)
Pembelahan diri Planaria sp







(Sumber : Anonim d. 2013)

V.                ANALISIS DATA
1.    Cacing hati (Fasciola hepatica)
     Klasifikasi
     Kingdom                   : Animalia
     Sub kingdom                        : Invertebrata
     Phylum                      : Platyhelminthes
     Classis                       : Trematoda
     Order                        : Digenia
     Familia                      : Digeniadae
     Genus                        : Fasciola
     Species                      : Fasciola hepatica
     (Hegner & Engemen : 1968)
               Fasciola hepatica termasuk jenis kelas Trematoda, ciri-ciri dari cacing hati ini mempunyai dua alat isap, satu didepan dan satu lagi dibagian belakang tubuhnya. Mulutnya terletak di tengah-tengah alat isap depan. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan hewan pemakan rumput lainnya, dan kadang ditemukan juga pada manusia. Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm
               Kedua alat hisap itu berfungsi sebagai alat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat dengan akhir posterior. Kecuali itu terdapat lubang lain sebagai akhir dari saluran laurer.
               Tubuh Fasciola hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Ektoderm mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar.  Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Disamping itu terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.
                     Siklus Hidup cacing Fasciola hepatica (http:www.e-dukasi.net.com)
a.       Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
b.      Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
c.       Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.
d.      Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
e.       Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
f.       Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.


Gambar daur hidup Fasciola hepatica







Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1)      Inang perantara yaitu siput air
2)      Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba..

2.      Planaria sp
Klasifikasi       :
Kingdom         : Animalia    
Phylum            : Platyhelminthes
Class                : Turbellaria
Ordo                : Tricladida
Sub ordo         : Paludicola
Family             : Tricladidae
Genus              : Planaria
Species            : Planaria sp.
Sumber            : (Verma. 2002)
Planaria sp dapat ditemukan di sungai, mata air, kolam dan danau di bawah batu-batuan atau di tempat-tempat yang agak dingin. Biasanya cacing ini menempel di batuan atau di daun yang tergenang air. Bila kita ingin mengambil cacing ini cukup kita beri umpan sepotong daging ke perairan yang kita duga terdapat cacing itu. Bila ditempat itu memang ada cacing Planaria sp maka cacing tersebut akan menempel pada umpan.
Bentuk tubuh Planaria ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing. Panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi Planaria yang hidup di darat dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada tubuh sebelah ventral.
Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian Planaria tidak dapat melihat.
Kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor ditemukan lubang mulut. Lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharynx yang dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal. Kerongkongan ini dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur, kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan biasa disebut proboscis.
Di bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher.
Cacing ini bergerak dengan cara mengangkat bagian posterior tubuhnya. Tepat dibawah bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga. Dan tepat dibawah kepala terdapat bagian menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala yang disebut leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral ditemukan zona adesif. Zona adesif tersebut menghasilkan zat yang liat yang berfungsi untuk melekatkan diri dipermukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral pada tubuh terdapat rambut-rambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan. Gerakannya lurus sepanjang lendir yang diekskresikannya.
Makanan cacing ini terdiri dari hewan-hewan kecil lainnya yang masih hidup maupun yang telah mati. Cara makan atau menangkap mangsa pada Planaria, mula-mula Planaria sp bergerak meluncur selama mengejar mangsanya kemudian ujung anteriornya dibelokkan apabila tersentuh oleh mangsa kemudian Planaria sp akan melingkarinya. Dengan lendir excert glandulae mucosae yang terdapat di sepanjang sisi badan dan kapsula, maka mangsa dapat lingkari dengan erat menangkap mangsa. Setelah itu mangsa yang sudah dilingkari tadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Kemudian Planaria sp diam dengan separo badan mangsa pada bagian anterior dan separo badannya diliputi bagian posteriornya. Untuk selanjutnya faring akan ditonjolkan keluar untuk mengambil mangsa dan dengan segera mangsa ditarik masuk ke dalam mulut bersama faring.
Sistem pencernaannya terdiri atas mulut, proboscis, faring dan usus yang bercabang. Mulut terletak pada permukaan ventral tepatnya di bagian belakang tengah tubuhnya. Proboscis yaitu tenggorokan yang dapat ditonjolkan ke luar yang terletak kira-kira di tengah-tengah mulut. Faring terletak tepat di belakang. Makanan masuk melalui mulut, dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus. Cabang usus tersebut ada 3, satu menuju anterior dan dua menuju posterior. Makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkan kembali melalui mulutnya karena Planaria sp tidak mempunyai anus.
Planaria sudah memiliki alat indera yang berupa bintik mata dan indera aurikel, yang keduanya terletak di bagian kepala. Planaria bersifat hermafrodit, maka di dalam tubuh terdapat alat kelamin jantan maupun alat kelamin betina
Planaria akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah obyek-obyek yang lain. Di bawah sinar difus, cacing itu aktif bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Biasanya mereka berkelompok antara 6 – 20 ekor. Pada waktu istirahat biasanya mereka melekatkan atau menempelkan diri pada suatu obyek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif dari pada tubuh. Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur. Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior – posterior dan dorsal – ventral.
               Gambar proses fragmentasi pada planaria sp
              
        Pembelahan diri (fragmentasi planaria) dapat terjadi dengan berbagai cara seperti gambar di atas.

VI.     KESIMPULAN
1.      Fasciola hepatica merupakan salah satu contoh anggota phylum  platyhelminthes yang termasuk dalam kelas trematoda .
2.      Fasciola hepatica biasanya hidup sebagai parasit pada hewan-hewan ternak dan larvanya biasanya hidup di dalam tubuh siput.
3.      Bentuk dari tubuh Fasciola hepatica berbentuk pipih yang pada bagian anteriornya meruncing terdapat alat penghisap.
4.      Daur hidup Fasciola hepatica dari telur → larva (mirasidium) → sporokista → redia → serkaria → metaserkaria → cacing dewasa (pada hati hewan ternak).
5.      Tubuh Planaria berbentuk pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing.
6.      Planaria sudah mempunyai alat indera berupa bintik mata, dan indera aurikel yang kedua-duanya terletak di bagian kepala.
7.      Planaria sp bergerak menggunakan silia yang terdapat pada epidermis tubuhnya dan gerakannya lurus sepanjang lendir yang diekskresikannya. Cara makan Planaria sp. adalah dengan memasukkan mangsanya ke dalam mulut dan dikeluarkan melalui mulut lagi, karena saluran pencernaannya hanya terdiri dari mulut, faring, dan usus, tidak mempunyai anus.







VII.          DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2014.  http://www.e-dukasi.net.com  Diakses tanggal 16 Maret 2014
Anonim b. 2014. http://Www.wwa-fs.bayern.com Diakses tanggal 16 Maret 2014
Anonim c. 2014. http://phobos.ramapo.edu/~spetro/Slides/ planaria_wholemount.jpg Diakses tanggal 16 Maret 2014
Anonim d. 2014. http://phobos.ramapo.edu/~spetro/Slides/ planaria_siklus.jpg Diakses tanggal 16 Maret 2014
Bunda Halang, Mahrudin, dan Mualana Khalid Riefani. 2014. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin
Hegner, Robert W. & Engemann, Joseph G. 1968. Invertebrate Zoology. The Macmillan Company. New York.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
Verma,P.S. 2002. A Manual Of Practical Zoology Invertebrates. S. Chand & Company LTD : New Delhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar