Ikan Timpakul Menghilang dari Kalsel
Sejenis ikan yang sering disebut penduduk
Kota Banjarmasin sebagai “Timpakul” kini makin sulit dijumpai menyusul
kerusakan alam dan lingkungan yang kian parah di Kalimantan Selatan.
Beberapa penduduk di bilangan Sungai Lulut, di sela-sela acara panen
raya padi lokal yang dihadiri Walikota Banjarmasin, Haji Yudhi Wahyuni,
Kamis (6/9), menyatakan heran terhadap menghilangnya binatang tersebut.
Padahal menurut mereka, timpakul begitu banyak berlompatan di lumpur
atau tepian sungai, pada era 60 hingga 70-an. Namun kini hewan-hewan itu
sulit ditemui lagi di kawasan desa mereka.
Biasanya timpakul dicari warga untuk dijadikan umpan pancing ikan gabus,
atau ikan baung. Menangkap timpakul pun mudah, cukup turun sebentar ke
tepian sungai maka puluhan timpakul segera tertangkap.
Tetapi belakangan untuk mencari seekor timpakul saja sangat sulit,
kalaupun ada itu pun agak jauh ke hulu sungai yang tidak ada permukiman
penduduk.
Timpakul adalah sebutan untuk ikan tembakul atau belacak dalam bahasa
Melayu, alias belodog atau blodog dalam bahasa Indonesia atau mudskipper
dalam bahasa Inggris. Mereka adalah sejenis ikan yang dapat hidup di
daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal. Timpakul
termasuk dalam family Gobiidae, subfamily Oxudercinae, Ordo Perciformes
(perch-likes) dan Kelas Actinopterygii (ray-finned fishes). Saat ini
telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota (Bapeldalko)
Banjarmasin, Rusmin, ketika dikonfirmasikan memperkirakan hilangnya
binatang itu menyusul kerusakan alam lingkungan kota Banjarmasin yang
belakangan sudah banyak tercemar limbah rumah tangga dan industri.
“Bisa dilihat adakah lagi sungai dan anak-anak sungai di kota ini yang
kian hari kian baik, tetapi selalu saja kian rusak akibat pendangkalan,
akibat gulma, dan tercemar limbah rumah tangga dan industri,” kata
Rusmin.
Akibatnya, lingkungan sudah tidak nyaman lagi bagi kehidupan timpakul
sehingga populasinya terus turun dan menghilang. Apalagi di Kota
Banjarmasin terdapat beberapa industri yang berpotensi mencemari
lingkungan seperti pabrik kayu lapis, pabrik karet, industri rotan,
hotel dan restoran, rumah sakit, serta pasar serta permukiman. (ANT/WSN)
Sumber: Kompas
8 januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar