Biologi Siput Cassis cornuta
1. PENDAHULUAN
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau terletak di daerah
tropis dan di antara dua samudera, kaya akan berbagai jenis siput dan
kerang. Siput dan kerang telah lama dikenal oleh masyarakat untuk
digunakan bebagai keperluan, misalnya untuk perhiasan, alat tukar
pengganti uang, bahan makanan dan campuran bahan bangunan (Dharma,
1988).
Siput atau keong termasuk dalam filum Moluska yakni merupakan filum
avertebrata terbesar kedua setelah Arthropoda; mereka tersebar di
berbagai jenis habitat baik di darat, perairan tawar maupun ekosistem
laut (Rupert dan Barnes, 1991). Moluska menyumbangkan cukup banyak kapur
pada ekosistem terumbu karang dan keanekaragamannya memainkan peranan
penting dalam jaringan makanan (Romimohtarto dan Juana, 2001).
Moluska sangat beragam dalam bentuk, ada yang berbentuk cacing,
misalnya aplacopohra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita
(cephalopoda). Jumlah jenis yang tercatat paling sedikit 60.000 jenis
dari seluruh dunia (Anonimouse 2010).
Cangkang moluska memiliki bentuk yang unik dan corak warnanya menarik
untuk dilihat sehingga mempunyai nilai yang khusus untuk dipelajari
lebih lanjut.
Cassidae adalah sebuah kelompok kecil dari moluska laut, tetapi
merupakan salah satu spesies moluska terbesar dalam hal ukuran cangkang.
Salah satu spesies adalah Cassis cornuta.
Ukurannya bisa mencapai 16 cm (Anonimous 2011). Spesies ini umumnya
dikenal sebagai Kerang Helm atau Kerang topi yang habitatnya terdapat di
laut tropis dan subtropis, yang hidup di daerah pasang surut air laut
hingga kedalaman subtidal dengan kedalaman 500 meter. Banyak dari
spesies ini yang dimanfaatkan oleh industri perikanan seperti sebagai
sumber makanan dan juga cangkangnya digunakan sebagai bahan hasil
kerajinan tangan.
Gambar 1 : Cassis Cornuta
Sumber : Anonimousb 2010
2. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi siput Casis cornuta menurut Linnaeus, 1758 adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Genus : Cassis
Spesies : Cassis cornuta (Linnaeus, 1758)
2.2 Morfologi
Ukuran kerang Cassis cornuta ada yang besar dan ada yang sedang dengan puncak agak pendek dan whorl
yang besar. Lingkar tubuh terlihat dengan jelas dan sering terdapat
tonjolan-tonjolan berukuran kecil pada setiap sisi cangkang. Terdapat
semacam gigi yang kasar pada sisi bagian dalam lipatan bibir cangkang
dan beberapa columela yang tidak beraturan. Ciri khas dari siput ini
adalah bibir luar menebal dan bengkok pada permukaan dorsal yang
membentuk rim helm dan cenderung pendek yang berbentuk seperti kanal
siphonal yang menghadap ke permukaan dorsal (Anonimousc 2010.).
Gambar 2 : Morfologi Gastropoda Cassis cornuta
Sumber : Anonimoush 2010
3. HABITAT DAN PENYEBARAN
Spesies siput Cassis cornuta
umumnya terdapat atau terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya
cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga.
Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering
tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
Siput Cassis cornuta
umumnya ditemukan di daerah tropis dan hanya sedikit yang ditemukan
pada daerah subtropis. Jenis siput ini kebanyakan hidup pada daerah
pesisir pantai berpasir. Hampir 80 % siput ini hidup pada daerah tropis
atau kebanyakan hidup di daerah sekitar Indo-Pasifik (Anonimousa 2010).
Gambar di bawah ini merupakan daerah sebaran siput Cassis cornuta. Dapat dilihat, bagian yang berwarna merah merupakan daerah penyebarannya.
Gambar 3: Distribusi Cassis cornuta
Sumber : Anonimousa 2010
4. MAKANAN
Siput Cassis cornuta mengkonsumsi bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang harinya bersembunyi dalam pasir. Siput Cassis cornuta
akan memakan mangsanya dengan cara merangkak secara perlahan-lahan
dengan mengangkat cangkangnya dengan tinggi dan menangkap mangsanya
kedalam mulut yang di dalam mulutnya terdapat enzim semacam asam sulfat
untuk melumpuhkan mangsanya sehingga setelah mangsanya lumpuh, mangsanya
itu dapat ditelan hidup-hidup. Proses ini membutuhkan waktu 10 menit
sejak mengeluarkan enzim tersebut sebelum memakan mangsanya hidup-hidup.
Pada gambar di bawah ini adalah merupakan proses siput Cassis cornuta mulai memakan mangsanya.
Gambar 4 : Proses Makan Cassis cornuta
Sumber : Anonimouse 2010
5. REPRODUKSI
Sama seperti gastropoda lainya, siput Cassis cornuta
berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak
mempu melakukan autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis,
yaitu suatu badan penghasil ovum dan sperma. Sperma yang dihasilkan akan
diteruskan ke saluran sperma dan ditampung dalam kantung sperma lalu
dikeluarkan melalui alat kawin. Sedangkan sel telur yang dihasilkan akan
diteruskan ke saluran telur, reseptakel seminal, dan akhirnya keluar
melalui lubang kelamin.
Walaupun Cassis cornuta
merupakan organisme hemaprodit, agar terjadi reproduksi tetap
diperlukan dua individu. Reproduksi dimulai ketika dua spesies saling
mendekat dan saling memasukan kelamin masing-masing ke lubang kelamin
pasangannya untuk memindahkan sperma. Setelah itu keduanya berpisah dan
masing-masing spesies meletakkan telur yang telah dibuahi dan dilindungi
oleh zat gelatin pada tempat yang gelap.
Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di
atas bebatuan atau sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan
menetas. Ketika masih berbentuk larva, tubuh akan berbentuk simetri
bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami pembengkokan
sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).
Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang
monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat
pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan
pembuahan harus didahului dengan kopulasi.
Ovotestis menghasilkan sperma yang disalurkan ke vasa deferensia dan
akhirnya masuk ke vagina hewan lain dengan perantaraan penis yang dapat
dikeluarkan dari lubang genital. Ovotestis juga menghasilkan sel telur.
Sel telur ini dibawa lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin,
kemudian ke uterus lalu ke oviduk; di oviduk sel telur dibuahi sperma
hewan lain (Anonimousg 2010).
6. PENUTUP
Family Cassidae khususnya siput Cassis cornuta
merupakan salah satu kelompok kecil dari filum Moluska yang hidup di
perairan asin atau hidup di laut, tetapi merupakan salah satu spesies
terbesar dalam hal ukuran cangkang dalam filum moluska.
Cassis cornuta,
merupakan salah satu kelompok terbesar dalam family cassidae. Ukurannya
bisa mencapai 16 cm. Habitat dari spesies ini biasanya terkubur dalam
pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir
atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan
subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di
daerah pesisir pantai.
Sistem
reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis.
Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu
hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan
harus didahului dengan kopulasi
Banyak dari spesies ini digunakan oleh manusia untuk dijadikan sebagai
bahan kerajinan tangan terutama cangkangnya, industri perikanan, dan
sebagai bahan makanan.
DAFTAR ISTILAH
Anal canal : Sama dengan Siphonal canal.
Anterior : Bagian depan dari cangkang dilihat dari binatang moluska tersebut bergerak.
Aperture : Bukaan pada bagian anterior yang terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Axial : Arah sejajar dengan sumbu pada siput bercangkang tunggal.
Body whorl : Bagian putaran terakhir (whorl) dari cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Canal : Perpanjangan yang sempit dari aperture yang berfungsi sebagai tempat untuk menunjukan siphon.
Columella : Tiang yang letaknya pada sumbu cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Diesis : Reproduksi jantan dan betina terpisah pada masing – masing individu.
Monoesis : Reproduks jantan dan betina terdapat pada satu individu.
Opercullum : Penutup cangkang yang ditemukan menempel pada kaki siput Gastropoda. Gunanya untuk menutupi bagian aperturenya.
Posterior : Bagian belakang dari cangkang dilihat dari binatang moluska itu bergerak.
Siphonal canal : Talang yang memanjang pada bagian bawah aperture, kadang- kadang merupakan terusan dari columella. Disebut juga anterior canal.
1. PENDAHULUAN
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau terletak di daerah
tropis dan di antara dua samudera, kaya akan berbagai jenis siput dan
kerang. Siput dan kerang telah lama dikenal oleh masyarakat untuk
digunakan bebagai keperluan, misalnya untuk perhiasan, alat tukar
pengganti uang, bahan makanan dan campuran bahan bangunan (Dharma,
1988).
Siput atau keong termasuk dalam filum Moluska yakni merupakan filum
avertebrata terbesar kedua setelah Arthropoda; mereka tersebar di
berbagai jenis habitat baik di darat, perairan tawar maupun ekosistem
laut (Rupert dan Barnes, 1991). Moluska menyumbangkan cukup banyak kapur
pada ekosistem terumbu karang dan keanekaragamannya memainkan peranan
penting dalam jaringan makanan (Romimohtarto dan Juana, 2001).
Moluska sangat beragam dalam bentuk, ada yang berbentuk cacing,
misalnya aplacopohra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita
(cephalopoda). Jumlah jenis yang tercatat paling sedikit 60.000 jenis
dari seluruh dunia (Anonimouse 2010).
Cangkang moluska memiliki bentuk yang unik dan corak warnanya menarik
untuk dilihat sehingga mempunyai nilai yang khusus untuk dipelajari
lebih lanjut.
Cassidae adalah sebuah kelompok kecil dari moluska laut, tetapi
merupakan salah satu spesies moluska terbesar dalam hal ukuran cangkang.
Salah satu spesies adalah Cassis cornuta.
Ukurannya bisa mencapai 16 cm (Anonimous 2011). Spesies ini umumnya
dikenal sebagai Kerang Helm atau Kerang topi yang habitatnya terdapat di
laut tropis dan subtropis, yang hidup di daerah pasang surut air laut
hingga kedalaman subtidal dengan kedalaman 500 meter. Banyak dari
spesies ini yang dimanfaatkan oleh industri perikanan seperti sebagai
sumber makanan dan juga cangkangnya digunakan sebagai bahan hasil
kerajinan tangan.
Gambar 1 : Cassis Cornuta
Sumber : Anonimousb 2010
2. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi siput Casis cornuta menurut Linnaeus, 1758 adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Genus : Cassis
Spesies : Cassis cornuta (Linnaeus, 1758)
2.2 Morfologi
Ukuran kerang Cassis cornuta ada yang besar dan ada yang sedang dengan puncak agak pendek dan whorl
yang besar. Lingkar tubuh terlihat dengan jelas dan sering terdapat
tonjolan-tonjolan berukuran kecil pada setiap sisi cangkang. Terdapat
semacam gigi yang kasar pada sisi bagian dalam lipatan bibir cangkang
dan beberapa columela yang tidak beraturan. Ciri khas dari siput ini
adalah bibir luar menebal dan bengkok pada permukaan dorsal yang
membentuk rim helm dan cenderung pendek yang berbentuk seperti kanal
siphonal yang menghadap ke permukaan dorsal (Anonimousc 2010.).
Gambar 2 : Morfologi Gastropoda Cassis cornuta
Sumber : Anonimoush 2010
3. HABITAT DAN PENYEBARAN
Spesies siput Cassis cornuta
umumnya terdapat atau terkubur dalam pasir dan yang terlihat hanya
cangkangnya yang ada di permukaan pasir atau tertutupi dengan alga.
Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan subtidal dan sering
tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di daerah pesisir pantai.
Siput Cassis cornuta
umumnya ditemukan di daerah tropis dan hanya sedikit yang ditemukan
pada daerah subtropis. Jenis siput ini kebanyakan hidup pada daerah
pesisir pantai berpasir. Hampir 80 % siput ini hidup pada daerah tropis
atau kebanyakan hidup di daerah sekitar Indo-Pasifik (Anonimousa 2010).
Gambar di bawah ini merupakan daerah sebaran siput Cassis cornuta. Dapat dilihat, bagian yang berwarna merah merupakan daerah penyebarannya.
Gambar 3: Distribusi Cassis cornuta
Sumber : Anonimousa 2010
4. MAKANAN
Siput Cassis cornuta mengkonsumsi bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang harinya bersembunyi dalam pasir. Siput Cassis cornuta
akan memakan mangsanya dengan cara merangkak secara perlahan-lahan
dengan mengangkat cangkangnya dengan tinggi dan menangkap mangsanya
kedalam mulut yang di dalam mulutnya terdapat enzim semacam asam sulfat
untuk melumpuhkan mangsanya sehingga setelah mangsanya lumpuh, mangsanya
itu dapat ditelan hidup-hidup. Proses ini membutuhkan waktu 10 menit
sejak mengeluarkan enzim tersebut sebelum memakan mangsanya hidup-hidup.
Pada gambar di bawah ini adalah merupakan proses siput Cassis cornuta mulai memakan mangsanya.
Gambar 4 : Proses Makan Cassis cornuta
Sumber : Anonimouse 2010
5. REPRODUKSI
Sama seperti gastropoda lainya, siput Cassis cornuta
berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak
mempu melakukan autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis,
yaitu suatu badan penghasil ovum dan sperma. Sperma yang dihasilkan akan
diteruskan ke saluran sperma dan ditampung dalam kantung sperma lalu
dikeluarkan melalui alat kawin. Sedangkan sel telur yang dihasilkan akan
diteruskan ke saluran telur, reseptakel seminal, dan akhirnya keluar
melalui lubang kelamin.
Walaupun Cassis cornuta
merupakan organisme hemaprodit, agar terjadi reproduksi tetap
diperlukan dua individu. Reproduksi dimulai ketika dua spesies saling
mendekat dan saling memasukan kelamin masing-masing ke lubang kelamin
pasangannya untuk memindahkan sperma. Setelah itu keduanya berpisah dan
masing-masing spesies meletakkan telur yang telah dibuahi dan dilindungi
oleh zat gelatin pada tempat yang gelap.
Telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di
atas bebatuan atau sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan
menetas. Ketika masih berbentuk larva, tubuh akan berbentuk simetri
bilateral, tetapi setelah dewasa tubuhnya mengalami pembengkokan
sehingga menjadi tidak simetri (asimetri).
Sistem reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang
monoesis. Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat
pada satu hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan
pembuahan harus didahului dengan kopulasi.
Ovotestis menghasilkan sperma yang disalurkan ke vasa deferensia dan
akhirnya masuk ke vagina hewan lain dengan perantaraan penis yang dapat
dikeluarkan dari lubang genital. Ovotestis juga menghasilkan sel telur.
Sel telur ini dibawa lewat saluran hermafroditus untuk mendapat albumin,
kemudian ke uterus lalu ke oviduk; di oviduk sel telur dibuahi sperma
hewan lain (Anonimousg 2010).
6. PENUTUP
Family Cassidae khususnya siput Cassis cornuta
merupakan salah satu kelompok kecil dari filum Moluska yang hidup di
perairan asin atau hidup di laut, tetapi merupakan salah satu spesies
terbesar dalam hal ukuran cangkang dalam filum moluska.
Cassis cornuta,
merupakan salah satu kelompok terbesar dalam family cassidae. Ukurannya
bisa mencapai 16 cm. Habitat dari spesies ini biasanya terkubur dalam
pasir dan yang terlihat hanya cangkangnya yang ada di permukaan pasir
atau tertutupi dengan alga. Umumnya terdapat pada daerah intertidal dan
subtidal dan sering tertutupi oleh pasir atau karang – karang mati di
daerah pesisir pantai.
Sistem
reproduksi pada siput ini ada hewan yang diesis dan ada yang monoesis.
Pada hewan monoesis alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu
hewan, tetapi tidak dapat membuahi sendiri. Untuk melakukan pembuahan
harus didahului dengan kopulasi
Banyak dari spesies ini digunakan oleh manusia untuk dijadikan sebagai
bahan kerajinan tangan terutama cangkangnya, industri perikanan, dan
sebagai bahan makanan.
DAFTAR ISTILAH
Anal canal : Sama dengan Siphonal canal.
Anterior : Bagian depan dari cangkang dilihat dari binatang moluska tersebut bergerak.
Aperture : Bukaan pada bagian anterior yang terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Axial : Arah sejajar dengan sumbu pada siput bercangkang tunggal.
Body whorl : Bagian putaran terakhir (whorl) dari cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Canal : Perpanjangan yang sempit dari aperture yang berfungsi sebagai tempat untuk menunjukan siphon.
Columella : Tiang yang letaknya pada sumbu cangkang, hanya terdapat pada siput bercangkang tunggal.
Diesis : Reproduksi jantan dan betina terpisah pada masing – masing individu.
Monoesis : Reproduks jantan dan betina terdapat pada satu individu.
Opercullum : Penutup cangkang yang ditemukan menempel pada kaki siput Gastropoda. Gunanya untuk menutupi bagian aperturenya.
Posterior : Bagian belakang dari cangkang dilihat dari binatang moluska itu bergerak.
Siphonal canal : Talang yang memanjang pada bagian bawah aperture, kadang- kadang merupakan terusan dari columella. Disebut juga anterior canal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar